Metz Muntsani

"Kesunyian adalah teman sejati"

Archive for Juli 20th, 2009

Jiwa Ini Bukan Untukmu

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Aku buka kacamata dan menutup mata
Agar tak melihat buah dadanya
Yang bergelantungan di telaga malam

Aku berlari sembunyi
Biar tak ditemui bibirnya
Yang suka mengecup benakku

Aku jahit mulut dan hidungku
Supaya tak tersentuh semerbak harum tubuhnya
Yang selalu mendebarkan hati
Dan menggoda inginku

Wahai engkau yang menggores malam
Jiwa ini bukan untukmu!.

-Februari “07
Ciseda, Cimalaka
Antologi Seranum Senyum

Posted in Antologi Seranum Senyum | Dengan kaitkata: , , , | Leave a Comment »

Menjelang Perpisahan

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Kekasih, kalau engkau mengantuk
Tidurlah !
Biar aku jaga
Aku hawatir ada nyamuk yang berani menggigitmu
Dan bermimpilah!

Bukankah hidup hanya mimpi,
Kenapa kita takut bermimpi?

Di antara kita tak ada lagi yang harus dibicarakan

Antologi Seranum Senyum ’07

Posted in Antologi Seranum Senyum | Dengan kaitkata: , , , | Leave a Comment »

RW 04, Simpang Pertemuan

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Dalam getar kau antar kenangan
Mendentangkan sepasang lonceng
Pada malam dengan setangkup puisi
Kini bibirmu memanis di pangku nafas

RW 04, simpang pertemuan
Sulingku berserak rasa
Walau abjatmu belum sempat aku susun
–Perempuan, apa kau setuju?

-05 Maret
Ciseda, Cimalaka
Antologi Seranum Senyum

Posted in Antologi Seranum Senyum | Dengan kaitkata: , , , , | Leave a Comment »

Pagi Yang Berbagi

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Time: 04.30 WIB

Pagi, tak terasa aku telah sampai pada pagi yang lain. Entah seberapa banyak pagi telah kulewati. Aku tak punya waktu untuk menghitungnya, terlalu melelahkan. Sebelum kunyalakan rokok dan menyeduh segelas kopi, kubuka jendela kamarku, barangkali angin pagi menyegarkan semangatku. Kata pepatah, “jemputlah matahari sebelum kau yang dijemputnya…” dan aku selalu berharap, mungkin pagi ini dapat menyelimuti segala mimpiku. Mungkin juga ada berita tentang waktu yang tak menjemukan.

Seteguk kopi dan sehisap rokok begitu terasa nikmat, serupa ruang yang dapat melenyapkan segala kepekatan. Kegaduhan. Tiba-tiba, ada yang bangun dalam hatiku. Dan seketika kamarku terasa senyap dan hampa. Tak tertahan, ia terus meronta. Dengan sedikit malu, aku menelepon seorang kawan. “Kawan, rindu itu mendatangiku. Memelukku. Dan aku tak bisa melepasnya…” Klik, telpon kumatikan seketika. Sedebar rindu dendam semakin menggelegar. Memetir segala kenangan yang seharusnya telah kutinggalkan jauh. Karena memang semestinya ditinggalkan. Baca entri selengkapnya »

Posted in Catatan Sederhana | Dengan kaitkata: , , , , | Leave a Comment »

Menjemput waktu…

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Api menyala di dalam hatiku. Tahun demi tahun semakin terasa, sebab usia semakin kering dan ternoda. Di bumi ini aku merasa tersesat. Bagiku, kebenaran dan kenyamanan semakin asing, kebahagiaan begitu langka. Entah, semua memang terlihat buram, bahkan seperti ilmu-ilmu atau ajaran yang aku banggakan; agama, filsafat, dan sains teknologi.

“Kalau engkau mengerjakan sesuatu janganlah tanggung”, begitu kata seorang teman. Tapi apa yang bisa aku lakukan, minimal untuk hari ini, saat ini, atau untuk tahun ini. Sedangkan pikiranku selalu hanya bisa mencacimaki. Selain itu, paling-paling ngegosip seperti kebanyakan manusia sekarang. Padahal aku selalu niatkan, bahwa hidup itu harus bermanfaat, tidak bisa bagi orang lain paling tidak untuk diri sendiri. Aku selalu memikirkan itu, tapi hasilnya masih diragukan, (jangan pesimis kaliii…! Baca entri selengkapnya »

Posted in Catatan Sederhana | Dengan kaitkata: , , , , | Leave a Comment »

Hatiku Merindu

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Hatiku merindukan hari-hari dan malam bersamamu. Seperti dulu. Barangkali sebatas rindu, karena aku tak mungkin kembalikan waktu. (emangnya Herry Potter…

***

Aku orang seberang, yang bertekat mengenyam pendidikan di kota kembang. Ibuku membekali sebingkis doa. Dan itu sudah cukup untukku. Air mata yang berlinang dari kelopak mata seorang ibu, adalah kasih sayang yang tak terkira. Dalam peluknya, awal keberangkatanku, ia berbisik serak; “aku tak bisa memberikan apapun anakku, aku hanya berdoa untukmu. Jagalah dirimu baik-baik…. dan niatkan dengan baik”. Dalam langkahku aku tak berani menoleh. Karena ini adalah pilihanku sendiri. Dalam hasrat, adalah merapih harap merubah jejak. Baca entri selengkapnya »

Posted in Catatan Sederhana | Dengan kaitkata: , , , , | 1 Comment »

aku lupa……..

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Aku lupa bertanya. Kemarin, aku melihat kelinci meloncat dengan indah di suatu tempat. Aku berhenti berjalan hanya untuk melihatnya meloncat berkali-kali di atas rerumputan dan bunga. Tiba-tiba aku ingin menangkapnya, membelai bulunya dan memilikinya. Aku coba, begitu susahnya menangkap seekor kelinci. Baru seekor, gimana kalau berekor-ekor. Cukup lama aku mengejarnya hingga berkeringat. Tidak juga didapat malah menghilang ditengah-tengah belukar.

Kamu tahu nggak. Padahal aku sedang lari sore (olah raga gitu lo…). Eh… malah main kejar-kejaran dengan kelinci sialan. Tapi aku tetap berkeringat, olah raga. Walau olah raganya dengan kelinci. Setelah lama waktu berlalu, dipikir-pikir, dari mana keinginanku untuk memiliki, menangkap dan membelai kelinci itu? Kalau karena persepsi, benarkah makna hanya dari persepsi? Bagaimana dengan esensi? Makanya mikir dong……….! (belum selesai)

Posted in Catatan Sederhana | Dengan kaitkata: , , , | 1 Comment »

September lalu…

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Sebelum kumulai, percayaku ia tetap menemaniku. Entah seberapa banyak paras mengisi sketsa langkahku. Tetaplah aroma itu membara tanpa aku bakar dengan emosi yang lain. Terkadang aku tidak sempat berfikir apa yang mesti didahulukan. Terkadang begitu pahit untuk dikenang………

Rinduku untuk sepeluk saja. Tidak lebih. Walau pada akhirnya aku membutuhkan beribu keping kisah dari kita. Karena aku tidak ingin ada retak yang melukis dengan aksara merah. Apalagi, hidup ini semakin letih, semakin tak mampu tertawa di lubuk hati.

Sebelum kulirik yang lain, bahasaku ia tetap menyanyikan sajak-sajakku. Ia masih termenung gelisah saat berpejam mata. Karena disanalah awal aku menyapanya.

Perempuan….
Bila kisahku lepuh di dalam hatimu, bagaimana kau ceritakan? Bagaimana kau sembunyikan? Dan bila kelak aku tak mampu menjadi sebait puisi, puisikanlah dengan bibirmu sendiri, sampai letih berganti tungguku. Di sini, aku tak mampu untuk tidak selalu kidungkan baris-baris catatan kita.

Setelah itu, September yang lalu, sangkaku memerah api. Meramu hasrat untuk mengakhiri segalanya. Dan baru aku rasakan, setelah banyaknya guliran waktu rapihkan langkahku, bahwa aku terlalu cepat menilai apa yang aku terima.

Memang begitu pekat. Terlalu banyak memoar yang mesti aku buka kembali. Sampai malam tak sepahit sebuah hidup tanpa tujuan.

Perumpuan…. (bersambung….)

Timoer Bandung, 2009

Posted in Catatan Sederhana | Dengan kaitkata: , , , , | 3 Comments »

Wajah Kusam Yang Berembun

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Perempuan membawa seribu kuntum tanya yang tersimpan dalam kelembutan. Seperti malam menyimpan tetes makna yang tercadar dengan kesunyian dan sennyap. Di sini, semua rahasia tersulam. Mencengkeram jiwa yang memurung saat sinar rembulan sembunya dipelupuk mata. Terkadang perempuan adalah kegelapan tampa bayang-bayang. Menitip mimpi-mimpi sukma dengan menusukkan duri-duri keelokannya. ia yang menerjemahkan lelehan air mata yang mengalir dari kesedihan dan derita. Atau keayuannya membaca setiap detak pilu. Sedang langkah selalu menjelma embun yang berdebu.

Segulung asap menyelimuti rumput yang teduh. Di derap nafas yang terpukul angin malam memuntahkan nyeri pada ladang ketidakberdayaan. Kelopak hati mengelupas dipeluk matahari. Dan daun kering merintih kehausan disudut musim yang gersang. Inilah keluh tanah yang terlantar di gurun hati. Meraup bibir jiwanya yang terluka dengan kepiluhannya, yang ditikam pelipis bunga dihalaman kehidupan. Hingga kesunyian membelai rambut yang kusut dengan air mata.

Apa yang dipahami dari setiap desir jarak dan waktu yang mengalirkan rengsa di danau-danau air mata? Apa yang dirahasiakan dari setiap peristiwa jiwa? Hanya tangisan perempuan yang mampu menjelma embun ketika fajar mengkidungkan mimpi, dan malam tak lagi berani mengusik telinganya. Dan perempuan yang menyejuk jiwa adalah ibu. Tak bisa terelakkan, kasih sayang rupa nafas sang ibu.

Posted in Catatan Sederhana | Dengan kaitkata: , , , , | Leave a Comment »

Sabda-Sabda Simpanggang

Posted by metzz pada Juli 20, 2009

Ada gelegar dalam gelembung asmara
Bertetes embun di kelopak daun kering
Sudah tak terhitung ranting yang patah
Kupu-kupu masih saja di taman bersama perih

Gemericik hujan memperindah sunyi
Tampakkan sketsa tiap tapak
Pada dinding selukis puisi mengabadi

Lafad-lafad suaraku tiba-tiba
Teriak logika metaforis dalam rasio
Sedang satu jari hati menengadah
Jadi doa, lalu entah…

Burung-burung masih asik bermain
Karna terlalu remaja untuk diajak dewasa
Siapa suka menatap senja
Ia ‘kan tahu pulang rumah

Timoer Bandung, 04-12-‘07
Antologi Seranum Senyum

Posted in Antologi Seranum Senyum | Dengan kaitkata: , , , | 1 Comment »